Mencintai Shalat

Dr. ‘Aidh Al-Qarni || Hidup tanpa diisi dengan shalat adalah kehidupan yang tidak memiliki kepercayaan diri, tidak ada ketenangan, kosong dari kepastian, nihil akan kenyamanan, dan jauh dari ketentraman. Shalat adalah penyejuk pandangan bagi yang menunaikannya.||

12208671_975441549204333_5944248892051080087_n

Dua Macam Sifat Tamak

310835_306473622702508_297157293634141_1405160_252898761_nSalah satu penghancur kebahagiaan seseorang adalah sifat tamak. Namun, dalam mensikapi sifat tamak ini, harus dipiliah antara sifat tamak yang baik nan bermanfaat dan sifat tamak yang buruk yang membahayakan. Mari kita simak penuturan Abdul Wahid bin Zaid terkait pengelompokan sifat tamak ini.

كَانَ عَبْدُ الوَاحِدِ بْنُ زَيْد يَقُوْلُ: اَلْحِرْصُ حِرْصَانِ حِرْصٌ فَاجِعٌ وَحِرْصٌ نَافِعٌ، فَأَمَّا النَّافِعُ فَحِرْصُ اْلمَرْءِ عَلَى طَاعَةِ اللهِ، وَأَمَّا الْحِرْصُ الفَاجِعُ فَحِرْصُ الْمَرْءِ عَلَى الدُّنْيَا، وَهُوَ مَشْغُوْلٌ مُعَذَّبٌ لاَ يَسُرُّ وَلاَ يَلِذُ بِجَمْعِهِ لِشُغْلِهِ، فَلاَ يَفَرِّغُ مِنْ مَحَبَّةِ الدُّنْيَا لِآخِرَتِهِ.

Abul Wahid bin Zaid berkata, “Tamak ada dua. Tamak yang merisaukan (menyakitkan), dan tamak yang member manfaat. Tamak yang member manfaat adalah ketamakan seseorang kepada Allah Swt. Sedangkan, ketamakan yang merisaukan adalah ketamakan seseorang kepada dunia, tersiksa dan selalu sibuk tanpa ada rasa gembira, tidak merasakan kenikmatan ketika mengumpulkannya karena kesibukannya, tidak pernah kosong kecintaannya kepada dunia atas akhiratnya.”

Hanya Menikahi Wanita yang Memiliki Koleksi Karya Imam Syafi’i

al-ummImam Syafi’i pernah duduk sambil memegang pena dan menulis kitab untuk menuangkan segala pendapat dan jawaban. Di saat Imam Syafi’i menggoreskan kata-kata di atas lembaran kertas, Al-Muzanni datang lalu berkata kepadanya, “Semoga Allah merahmatimu! Sahabat-sahabat Malik dan sahabat-sahabat Abu Hanifah mengarang banyak sekali kitab, dan mereka lebih bersungguh-sungguh dalam ilmu melebihi kesungguhanmu.”

Imam Syafi’i kemudian berkata setelah usai menulis, “Wahai Ibrahim! Kami mengarang dan mereka juga mengarang. Namun apa yang dilakukan karena Allah, ia akan tetap bertahan.”[1] Allah menakdirkan kitab-kitab Imam Syafi’i tetap eksis, sampai-sampai Ishaq bin Rahawaih menikahi seorang wanita di Marwa karena si wanita ini memiliki kitab-kitab Imam Syafi’i. Setelah itu Ishaq meninggal dunia, dan ia hanya menikahi wanita itu karena kitab-kitab Imam Syafi’i.[2]

[1] Manaqibusy Syafi’i, Baihaqi, I : 177.

[2] Adabusy Syafi’i, hal: 64.

1 Tanda Kebahagiaan

10505422_687043608039210_1354221150252389165_nIbnul Qayyim pernah mengungkapkan, “Tanda kebahagiaan seorang hamba ialah menyembunyikan amal kebaikannya di belakang punggungnya dan meletakkan amal keburukannya di depan matanya. Tanda kesengsaraan seorang hamba ialah meletakkan amal kebaikannya di depan matanya dan menyembunyikan amal keburukannya di belakang punggungnya.”

Menyembunyikan amalan adalah perilaku yang sangat dianjurkan dalam Islam. dengan cara seperti itu akan membantu seseorang untuk meraih keikhlasan dalam beramal. Sebab, orang yang beramal hanya mengharap ridha dari Allah Ta’ala saja. Orang seperti inilah yang dicintai oleh Allah Ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ

“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan yang suka mengasingkan diri.” (HR. Muslim)

Orang yang suka mengasingkan diri akan mudah untuk menyembunyikan amalan dan tidak tergiur dengan popularitas, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnul Mubarok mengatakan, “Jadilah orang yang suka mengasingkan diri (sehingga amalan mudah tersembunyi), dan janganlah suka dengan popularitas.”

Menyembunyikan amalan kebaikan sangat dianjurkan oleh para ulama. Mari kita cermati nasihat para ulama berikut berkaitan dengan metode menyembunyikan amal yang dapat menghantarkan kepada keikhlasan. Ibrahim An-Nakha’i mengatakan, “Kami tidak suka menampakkan amalan shalih yang seharusnya disembunyikan.”

Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan bahwa Abu Hazim berkata, “Sembunyikanlah amalan kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan amalan kejelekanmu.”

Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Sebaik-baik ilmu dan amal adalah sesuatu yang tidak ditampakkan di hadapan manusia.”

Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahuinya. Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak.”

Di antara amalan yang seyogyanya disebunyikan adalah sedekah. Secara khusus, Nabi SAW menyebutkan keutamaan sedekah secara sembunyi-sembunyi, dimana ia akan termasuk golongan yang mendapatkan naungan Allah di hari kiamat nanti adalah. Beliau bersabda :

وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ

Seseorang yang bersedekah kemudian ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari)

Imam Nawawi menjelaskan bahwa permisalan sedekah dengan tangan kanan dan kiri adalah ungkapan hiperbolis dalam hal menyembunyikan amalan. Keduanya dipakai sebagai permisalan karena kedekatan dan  kebersamaan kedua tangan tersebut.

Contoh yang mempraktekan hadits di atas adalah ‘Ali bin Al Husain bin ‘Ali. Beliau biasa memikul karung berisi roti setiap malam hari. Beliau pun membagi roti-roti tersebut ke rumah-rumah secara sembunyi-sembunyi. Beliau mengatakan,

إِنَّ صَدَقَةَ السِّرِّ تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ عَزَّ وَ جَلَّ

Sesungguhnya sedekah secara sembunyi-sembunyi akan meredam kemarahan Rabb ‘azza wa jalla.” Penduduk Madinah tidak mengetahui siapa yang biasa memberi mereka makan. Tatkala ‘Ali bin Al Husain meninggal dunia, mereka sudah tidak lagi mendapatkan kiriman makanan setiap malamnya. Di punggung Ali bin Al Husain terlihat bekas hitam karena seringnya memikul karung yang dibagikan kepada orang miskin Madinah di malam hari. Subhanallah, kita mungkin sudah tidak pernah melihat makhluk semacam ini di muka bumi ini lagi.

Amalan lain yang hendaknya disebunyikan adalah puasa sunnah. Dalam rangka menyembunyikan amalan puasa sunnah, sebagian salaf senang berhias agar tidak nampak lemas atau lesu karena puasa. Mereka menganjurkan untuk menyisir rambut dan memakai minyak di rambut atau kulit di kala itu. Ibnu ‘Abbas mengatakan,

إِذَا كَانَ صَوْمُ أَحَدِكُمْ فَلْيُصْبِحْ دَهِينًا مُتَرَجِّلاً

“Jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka hendaklah ia memakai minyak-minyakan dan menyisir rambutnya.” (HR. Bukhari)

Daud bin Abi Hindi berpuasa selama 40 tahun dan tidak ada satupun orang, termasuk keluarganya yang mengetahuinya. Ia adalah seorang penjual sutera di pasar. Di pagi hari, ia keluar ke pasar sambil membawa sarapan pagi. Dan di tengah jalan menuju pasar, ia pun menyedekahkannya. Kemudian ia pun kembali ke rumahnya pada sore hari, sekaligus berbuka dan makan malam bersama keluarganya.Jadi orang-orang di pasar mengira bahwa ia telah sarapan di rumahnya. Sedangkan orang-orang yang berada di rumah mengira bahwa ia menunaikan sarapan di pasar. Masya Allah, luar biasa trik beliau dalam menyembunyikan amalan.

Amalan lain yang dianjurkan untuk disebunyikan adalah bacaan Al Qur’an dan dzikir. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْجَاهِرُ بِالْقُرْآنِ كَالْجَاهِرِ بِالصَّدَقَةِ وَالْمُسِرُّ بِالْقُرْآنِ كَالْمُسِرِّ بِالصَّدَقَةِ

Orang yang mengeraskan bacaan Al Qur’an sama halnya dengan orang yang terang-terangan dalam bersedekah. Orang yang melirihkan bacaan Al Qur’an sama halnya dengan orang yang sembunyi-sembunyi dalam bersedekah.” (HR. Tirmidzi)

Setelah menyebutkan hadits di atas, At Tirmidzi mengatakan, “Hadits ini bermakna bahwa melirihkan bacaan Qur’an itu lebih utama daripada mengeraskannya karena sedekah secara sembunyi-sembunyi lebih utama dari sedekah yang terang-terangan sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama. Mereka memaknakan demikian agar supaya setiap orang terhindar dari ujub. Seseorang yang menyembunyikan amalan tentu saja lebih mudah terhindar dari ujub daripada orang yang terang-terangan dalam beramal.”

Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala untuk mengikhlaskan segala amalan hanya mengharap ridha dari Allah. Wallahu a’lam.

Bid’ah (1)

55228893Secara bahasa, bid’ah adalah seseuatu yang dimunculkan tanpa contoh sebelumnya. Nabi Muhammad Saw bukanlah seorang rasul bid’ah, karena sebelum beliau telah ada rasul-rasul yang lain. Dan salah satu sifat Allah adalah al-Badi’ (lihat QS. al-Baqarah : 107).

Sedangkan secara syar’i, istilah bid’ah dimaknai sebagai sesuatu yang bertentangan dengan sunnah. Ada yang berpendapat bid’ah adalah segala sesuatu yang dimunculkan setelah masa kenabian, baik sesuatu tersebut terpuji maupi tercela. Barangkali, makna yang paling mewakili dari istilah bid’ah adalah apa yang disampaikan oleh asy-Syathibi, bahwa bid’ah adalah metode yang dimunculkan dalam agama yang bertentangan dengan syariat yang dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan tidak didasari oleh dalil yang shahih.